Ada beberapa
konsep sejarah tektonik Asia Tenggara yang diungkapkan oleh beberapa ahli,
salah satu diantaranya yaitu menurut Katili (1973) & Robert Hall (2002)
yang mengatakan bahwa ada dua peristiwa tektonik Asia Tenggara yang penting,
yaitu tektonik sebelum dan sesudah lempeng India menabrak Asia.
Gambar 1 Asia Tenggara 160 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Di Sumatra pada saat itu ada 2 subduksi, masing-masing di bagian barat dan timur. Diantara kedua jalur subduksi terdapat sebuah benua kecil yang diperkirakan adalah pecahan dari Gondwana.(Gambar 1). Peristiwa ini menyebabkan tanah Sunda menjadi bertambah luas.
2. Kapur :
Gambar 2 Asia Tenggara 140 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Tektonik tarikan di
Gondwana semakin intensif menyebabkan jalur subduksi barat semakin ke arah
barat (ke arah Samudera Hindia) dan yang timur semakin ke arah timur (ke arah
Laut Cina Selatan). Daratan Sunda semakin luas. (Gambar 2).
3. Eosen :
Mikroplate Sunda mengalami rotasi ke kanan (searah gerak jarum jam) sehingga sebagian besar Laut Cina Selatan semakin tertutup (Dally, 1986). Penunjaman di bagian timur berakhir dan secara bersamaan terbentuk Teluk Thailand (White dan Wing, 1978).
Gambar 3.1 Asia Tenggara 50 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Lempeng India (kontinen) sudah mendekati Eurasia dengan kecepatan 18 cm/th-20 cm/th, namun pada saat itu belum terjadi rotasi. Ridge yang merupakan jalur perjalanan India ke utara berpengaruh pada daerah Sumatra bagian utara. (Gambar 3.1)
Gambar 3.2 Asia Tenggara 43 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Lempeng India sudah menumbuk Eurasia, mulai terbentuk Pegunungan Himalaya dan pada saat bersamaan posisi jalur subduksi bergeser ke arah samudera. (Gambar 3.2)
Tumbukan itu
menyebabkan rotasi kepulauan wilayah Sunda berputar dengan arah jarum jam dan rotasi
itu diperkirakan melahirkan pensesaran-pensesaran bersifat ”wrenching”
secara besar-besaran di daerah Kontinen Asia Timur, Asia Tenggara dan Sumatra
diikuti oleh pembentukan-pembentukan cekungan-cekungan ”pull apart” di
Sumatra.
4. Oligosen :
Gambar 4.1 Asia Tenggara 30 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Kecepatan gerak lempeng menurun menjadi 3 cm/th-4 cm/th mengakibatkan terjadinya penurunan muka air laut (Pitman, 1978; Vail et al, 1977) dan Cekungan Muka Busur semakin melebar (Dally, 1987) sehingga Laut Cina melebar seiring dengan adanya rotasi searah jarum jam (Daly, 1986).
Rekahan
lempeng samudra mulai terjadi yang nantinya membentuk pematang-pematang lempeng
berdampak ke arah Sumatra. (Gambar 4.1)
Gambar 4.2 Asia Tenggara 25 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Kecepatan gerak lempeng meningkat lagi menjadi 6 cm/th-7 cm/th (Uyeda, 1978; Kanamori, 1978; Kariq, 1979). Akibatnya terjadi sistem tegasan ekstensional dan kompresional. Uplift Bukit Barisan terjadi akibat tektonik kompresional yang disertai pula oleh adanya desakan aktifitas. (Gambar 4.2)
Kecepatan gerak lempeng meningkat lagi menjadi 6 cm/th-7 cm/th (Uyeda, 1978; Kanamori, 1978; Kariq, 1979). Akibatnya terjadi sistem tegasan ekstensional dan kompresional. Uplift Bukit Barisan terjadi akibat tektonik kompresional yang disertai pula oleh adanya desakan aktifitas. (Gambar 4.2)
5. Miosen
Akhir :
Gambar 5 Asia Tenggara 10 juta tahun lalu (Robert Hall tahun
2002)
Posisi Sumatra dan Kalimantan mulai stabil, tidak ada perubahan drastis. Benua Australia mulai mendorong ke arah utara, membawa papua menjadi bagian Indonesia serta proses pembentukan pulau-pulau Indonesia bagian Timur baru dimulai. (Gambar 5)
6. Sekarang :
6. Sekarang :
Gambar 6 Asia Tenggara masa kini (Robert Hall tahun 2002)
Posisi Sumatra dan Kalimantan dari miosen akhir sampai sekarang tetap, tidak menunjukkan perubahan. (Gambar 6). Papua telah menjadi bagian Indonesia dan pembentukan pulau-pulau Indonesia bagian Timur telah terbentuk seperti : Sulawesi, Halmahera, Banda, dan Kepulauan kecil lainya.