Kajian mengenai gunung api purba di tingkat dunia, menurut beliau, bisa dikatakan relatif baru. Pembelajaran geologi selama ini lebih didasarkan pada sudut pandang geologi sedimenter. Hampir tidak ada institusi geologi yang secara berkelanjutan melakukan penelitian kegunungapian, apalagi mengkhususkan diri di bidang geologi gunung api. Kenyataan tersebut berkait dengan pemikiran ahli geologi barat yang lingkungan geologinya jauh dari gunung api dan lingkungan geologinya lebih bersifat darat (continental atau cratonic) maupun laut (oceanic). Pandangan ini secara tegas memisahkan antara proses pengendapan dengan proses penerobosan magma.
Menurut beliau, pandangan geologi sedimenter mempunyai beberapa kelemahan, yaitu kurangnya pemahaman terhadap pembentukan batuan gunung api, yang secara langsung atau primer terbentuk oleh erupsi gunung api. Kelemahan kedua, terkait dengan pemahaman mengenai cekungan sedimentasi yang merupakan cekungan di depan busur gunung api dan secara tektonik tidak mungkin terbentuk magma di bawahnya karena terlalu dekat dengan lokasi penunjaman kerak bumi.
Atas kiprah beliau terhadap kegunungapian, pada tahun 2010, beliau diangkat sebagai profesor riset. Pidato pengukuhan beliau bertajuk “Geologi Gunung Api di Indonesia: Masa Kini dan Masa Depan”. Pidato ini menekankan pembelajaran geologi, melalui penelitian dan pendidikan, yang disesuaikan dengan kondisi umum di Indonesia.
Menurut beliau, geologi gunung api dapat diaplikasikan dalam rangka penemuan sumber baru mineral dan energi, pengelolaan lingkungan geologi serta mitigasi bencana. Untuk mineral dan energi dapat menggunakan konsep pusat gunung api (volcanic center concept for gold exploration strategy). Kata beliau, “Untuk menambah jumlah temuannya, konsep pusat gunung api ini agar dikembangkan di seluruh daratan kepulauan gunung api dan gunung api bawah laut, baik pada gunung api Kuarter maupun yang lebih tua.”
Dalam kaitannya dengan sumber daya lingkungan, beliau menyatakan bahwa hampir seluruh kawasan gunung api aktif menjadi daerah pemukiman, pariwisata, pertanian, dan kehutanan. Selain itu, kerucut gunung api menjadi daerah tangkapan dan resapan air hujan dan pada cekungan dalam busur gunung api diharapkan banyak mengandung potensi air bawah permukaan.
Untuk mendukung mitigasi bencana geologi, pemahaman geologi gunung api dapat berperan dalam kaitannya dengan kegiatan tektonika dan vulkanisme, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir serta gerakan tanah di daerah gunung api.
Nah, kali ini saya akan membagikan hasil scan dari buku karya beliau dan mohon maaf untuk buku tahun 2014 hasil scannya tidak terlalu bagus. Langsung saja download..!!!
Geologi Gunung Api Purba
2010
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar